24 Juni 2011

Vocaloid Synchronicity Series






Vocaloid Synchronicity Series adalah sebuah cerita trilogi yang berbentuk lagu. Lagu ini menceritakan tentang sebuah negara, dimana di negara tersebut ada seekor naga yang dihormati dan ditakuti. Sang naga ini selalu minta dihibur dengan nyanyian, dan mereka (para gadis) yang bertugas untuk bernyanyi untuk sang naga disebut sebagai Diva. Namun ternyata, para Diva yang bernyanyi untuk sang naga selalu berganti-ganti karena mereka tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menyanyi secara terus menerus. Karena sang naga kesal, akhirnya sang naga membunuh para Diva satu persatu. Hingga Diva terakhir yang masih hidup adalah Sky (diperankan oleh Kasane Teto). Namun pada akhirnya, Sky-pun dibunuh juga oleh naga tersebut. Sejak saat itu tidak ada lagi Diva yang menyanyi untuk sang naga.

Sampai kemudian lahirlah dua orang anak kembar di negeri tersebut, Kiyoko dan Yuu (diperankan oleh Kagamine Rin dan Kagamine Len). Kemudian entah mengapa tiba-tiba kediaman mereka diserbu oleh serombongan pasukan dan salah satu dari pasukan itu mengambil Kiyoko untuk dijadikan sebagai Diva selanjutnya.

Bertahun-tahun berlalu sampai mereka telah beranjak remaja. Kiyoko sudah menjadi seorang Diva dan Yuu mulai pergi berkelana ke seluruh negeri untuk mencari saudari kembarnya. Kemudian tibalah Yuu di sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Celcia (diperankan oleh Megurine Luka)

Dan dari situlah sebuah petualangan dimulai...

==================================

A wonderful story
Of Light and Shadow looking for one another
One fated to sing for her life
The other to fight to save for her life
In order to keep from history from repeating itself
they will end it here...

==================================

The Cast :

Kagamine Rin as Kiyoko

Kagamine Len as Yuu

-

Kamui Gakupo as  Ruka

Megurine Luka as Celcia

Shion Kaito as Kiyo

Kasane Teto as Sky

Yokune Ruko as Yuuka

Meiko

Hatsune Miku


5 - j o u r n e y -: Juni 2011 Vocaloid Synchronicity Series adalah sebuah cerita trilogi yang berbentuk lagu. Lagu ini menceritakan tentang sebuah negara, dimana di ...

20 Juni 2011

Art : Yakumo Kurama In Spring~

Hasil karya keisengan pasca UKK dari saya :D
Berawal dari sebuah kebosanan saat saya sedang menggambar sebuah karikatur (abis kagak mirip-mirip sih -.-), akhirnya sayapun membuka halaman baru dan menumpahkan segala kebosanan saya di sana. Awalnya cuma coretan ngasal yang gak jelas bentuknya apaan, saya juga gak mikirin gambar apa yang akan jadi nantinya. Nah, dari hasil coret-coretan pensil itu, saya timpa lagi pake spidol dan....
jadilah gambar Yakumo Kurama! :D

Hasil awal yang sudah discan

Yakumo Kurama ini salah satu karakter cewek favorit saya di anime NARUTO, dia gak muncul di manga sih :( . Walaupun dia cuma muncul sebentar sepintas lewat, tapi... dia itu shinobi yang bisa ngelukis selain Sai! Jarang banget ada karakter yang digambarkan bisa melukis,  makanya dia langsung jadi karakter favorit saya selain Sai :3

O ya, hasil scan-nan-nya ini terus saya edit lagi sekalian diwarnain pake Photoshop. Ini dia hasilnya~

Hasil setelah di-edit dan diwarnai
Jadi bener-bener Yakumo banget kan? Walaupun dia lagi gak pake baju ninja, tapi warna ungu emang selalu cocok buat dia :D
Trus dari model rambutnya ada yang kurubah dikit. Biasanyakan dia poninya di jepit ke pinggir kiri, trus ujungnya dikepang-kepang. Nah, di gambar ini dia cuma jepit poninya aja. Kalo menurut saya, gambar ini jadi kayak versi modern-nya Yakumo (Alternate Universe) :D

Berhubung saya lagi bingung dengan background-nya ( masa mau pputih gitu aja?), akhirnya saya ngebongkar setiap folder picture di laptop dan nemu data presentasi dan nemuin banyak gambar bertema cherry blossom.      Jadi, saya pake gambar yang ini buat background-nya :


Buat background-nya


Trus digabungin, dan jadilah :


hasil akhir


5 - j o u r n e y -: Juni 2011 Hasil karya keisengan pasca UKK dari saya :D Berawal dari sebuah kebosanan saat saya sedang menggambar sebuah karikatur (abis kagak mirip-m...

19 Juni 2011

Touchscreen

Tau touchscreen? Pernah menggunakannya?
Touchscreen atau layar sentuh biasa digunakan pada handphone, ATM, televisi di pesawat terbang, alat penunjuk arah dan lokasi di mal, dan sebagainya. Selama ini kita hanya menyentuhnya, namun pernahkah kita memikirkan apa yang berada di dalamnya?

touchscreen (layar sentuh)

Touchscreen memiliki tiga komponen utama yaitu :


Touch sensor atau sensor sentuh adalah lapisan penerima sentuhan dari luar monitor. Letaknya di bagian terdepan dari layar sentuh, sensor ini juga sangat peka terhadap sentuhan. Ketika disentuh, sensor ini menangkap adanya perubahan arus dan sinyal listrik. Lalu, sendor ini merekan perubahan tadi dan mengirimkannya pada pengontrol.


Touch Sensor
Controller atau pengontrol adalah penghubung antara sensor dengan prosesor komputer.  Ketika sensor merekam sentuhan, datanya akan diteruskan ke pengontrol. Kemudian, pengontrol akan mengolah data tersebut agar dapat diterima dan diolah oleh prosesor komputer. Selanjutnya, data dikirim kembali ke pengontrol dan menjadi informasi yang ditampilkan di layar monitor.


Controller
Software driver adalah software atau perangkat lunak yang diinstal pada komputer. Berfungsi untuk mengatur agar layar sentuh dan komputer dapat bekerja sama dengan cara mengatur prosesor komputer untuk mengolah data dari pengontrol.

Jenis-Jenis Layar Sentuh :


Capacitive Touchscreen
Layar sentuh ini memanfaatkan arus listrik dari tubuh manusia. Ketika jari menyentuh layar, maka akan terjadi perubahan arus listrik lalu perubahan ini dikirim ke sensor sentuh dan diteruskan ke pengontrol. Layar sentuh ini hanya bekerja dengan sentuhan jari. Kalau disentuh oleh benda-benda lain seperti kuku jari dan stylus, layar ini tidak bereaksi.

Capacitive Touchscreen
Resistive Touchscreen
Jenis layar sentuh ini memiliki beberapa lapisan, namun ada dua lapisan yang terpenting. Jarak antara kedua lapisan tersebut sangat dekat, ketika disentuh atau ditekan, kedua lapisan itu akan bersentuhan dan membangkitkan arus listrik yang menandakan letak posisi sentuhan. Selanjutnya, arus listrik itu akan dikirim ke pengontrol untuk diproses.

Resistive Touchscreen
Surface Acoustic Wave
Layar sentuh ini menggunakan gelombang ultrasonik yang melewati layar sentuh. Ketika lapisan layar disentuh, sebagian gelombang akan terserap. Perubahan gelombang itu menandakan letak posisi sentuhan. Kemudian, perubahan gelombang tersebut akan dikirim ke penontrol untuk diproses.

Surface Acoustic Wave

Multi-Touchscreen (Layar Multi Sentuh)

Agar semakin canggih, layar sentuh dikembangkan lagi. Maka, diciptakanlah layar multi sentuh yang berarti dapat disentuh dengan lebih dari satu jari. Bahkan, bisa disentuh dengan puluhan jari dari tangan orang yang berbeda-beda secara bersamaan.

Dengan layar multi sentuh, kita dapat memperbesar, memperkecil, mengubah posisi, dan memindahkan posisi obyek pada layar monitor. Obyeknya dapat berupa foto atau games. Layar multi sentuh biasanya digunakan pada handphome,  komputer, MP3 payer, dan lainnya. Selain itu ada juga yang berupa meja kaca.

Pada  dasarnya, teknologi layar multi sentuh sama dengan teknologi llayar sentuh satu jari. Hanya saja, ditambah dengan sistem-sistem lain yang bereaksi saat disentuh banyak jari. Setiap layar multi sentuh memiliki sistem masing-masing. Misalnya ada yang ditambahkaan sistem kamera di bagian dalam layar, menggunakan sinar infra merah, memakai pemancar khusus di permukaan layar.


Multi-touchscreen


5 - j o u r n e y -: Juni 2011 Tau touchscreen ? Pernah menggunakannya? Touchscreen atau layar sentuh biasa digunakan pada handphone , ATM, televisi di pesawat terbang, ...

13 Juni 2011

Macam Jenis Teh

Suka minum teh? Kalo saya suka, lumayan sering malah. Kalo di suruh milih antara softdrink/ minuman soda, kopi, atau teh, saya pasti lebih milih teh apapun itu bentuknya. Baik itu es teh manis, teh botol, teh kotak, ataupun teh tawar sekalipun, bagi saya tidak masalah yang penting kan teh. Tapi kalo pilihannya ditambah dengan air pputih, mungkin saya bakal lebih air putih XD

Oke, abaikan. Masalah air putih dibahas nanti. Sekarang mari kita membahas tentang teh :D

Beberapa waktu yang lalu saya menemukan sebah buku tentang teh, karena saya merasa buku itu sangat cocok dengan saya, akhirnya saya bawa buku itu ke kasir. Dari buku itu, saya banyak mengetahui khususnya perbedaan budaya. Kalo di Indonesia, minum teh itu hal yang biasa. Tapi kalo di luar negeri, khususnya Negara Inggris acara minum teh bisa dikatakan sebagai sebuah acara resmi. Bahkan dalam cara penyajiannya juga ada seninya! Tidak asal menuangkan teh dari teko ke gelas. Apalagi di Jepang, acara minum teh justru dijadikan sebagai upacara. Dari buku yang pernah saya baca juga, di Jepang sana ada kursus upacara minum teh!

Nah, ngomong-ngomong tentang teh, ternyata teh itu banyak jenisnya. Beberapa di antaranya ada empat jenis teh dasar. Keempat jeniss teh ini semuanya berasal dari tumbuhan yang sama, Camellia sinensis.


Camellia sinensis
  • Teh hitam dan oolong diproses menggunakan oksigen (oksidasi). Daun teh yang telah teroksidasi akan berubah warna dan rasanya. Teh hitam paling kuat rasanya karena dioksidasi paling lama.
  • Teh hijau sama sekali tidak dioksidasi atau difermentasi, sehingga rasanya ringan dan agak sepat. Daun teh hijau diuapi, digulung, lalu dikeringkan.
  • Teh oolong dibuat dari daun teh yang difermentasi sebagian, yang membuatnya memiliki rasa di antara teh hitam dan teh hijau.
  • Teh putih lebih langka daripada teh hitam, hijau, dan oolong, oleh karena itu lebih mahal. Teh putih, terbuat dari daun tanaman yang sama dengan teh-teh yang lain, hanya dibuat dari daun teh yang dipanen sebelum benar-benar merekah. Rasanya ringan dan manis.

Yang empat di atas tadi itu empat dasar teh. Nah, yang di bawah ini ada beberapa jenis teh yang cukup terkenal dan banyak dinikmati oleh para pecinta teh ;

  • Formosa Oolong -- tumbuh di pertanian-pertanian keluarga kecil di Taiwan. Teh jenis ini sering memiliki rasa ringan buah peach.
  • Earl Grey -- campuran teh hitam yang terkenal karena rasa uniknya yang datang dari campuran minyak bergamot, buah sitrus Italia, yang ditambah dalam pemroresannya.
  • Darjeeling -- untuk yang pernah nonton anime atau baca manga Kuroshitsuji (Black Butler) pasti udah gak asing lagi dengan nama itu. Untuk yang belum tahu, darjeeling ini bisa juga disebut sebagai sampanyenya teh. Rasanya digambarkan seperti rasa black currant atau muscat grapes (anggur aromatik yang biasa digunakan untuk membuat kismis dan wine). Tumbuh di Darjeeling, India, di daerah tinggi Pegunungan Himalaya, dekat Nepal, jenis ini dianggap sebagai teh sore yang ringan, tapi tergantung kapan daun tehnya dipanen dalam setahun.
  • Ceylon -- jenis teh apa pun yang tumbuh di Sri Lanka. Sir Thomas Lipton membanngun perkebunan dann kekayaannya di Sri Lanka. Kualitasnya bervariasi, tapi yang terbaik penuh aroma dan rasa kareena tumbuh di dataran tinggi.
  • English Breakfast -- campuran teh hitam dengan rasa kuat dari India dan Sri Lanka (Ceylon). Jenis teh ini sangat tepat untuk membuat kita segar karena penuh rasa menarik.
  • Assam -- ditemukan di daerah timur laut India di provinsi Assam oleh orang-orang Skotlandia pada tahun 1830-an. Sebelumnya semua teh yang ada di dunia barat datang dari Cina. Teh Assam beraroma keras, hangat, dan berwarna kelam.
  • Gunpowder -- memiliki rasa dan aroma yang lembut, berlawanan dengan namanya. Jenis ini adalah jenis teh hijau Cina yang setiap daun dari tanaman tehnya digulung erat tepat setelah dipetik. Semakin erat gulungannya, semakin mahal harganya.
  • Melati -- pasti kita  sudah tidak asing dengan ini. Ya, teh yang satu ini memang sudah umum di Indonesia. Teh melati merupakan campuran teh hitam dan hijau, atau terkadang hanya teh hijau, dengan bunga melati.
Tentunya jenis teh bukan hanya yang telah disebutkan di atas saja. Jumlah jenis teh di dunia ini kurang lebihnya sekitar 1500 - 1600 macam. Dan saya gak mungkin nyebutin dan menjelaskan semuanya satu persatu. Bahkan, nama-namanya aja saya gak hafal -.-



5 - j o u r n e y -: Juni 2011 Suka minum teh? Kalo saya suka, lumayan sering malah. Kalo di suruh milih antara softdrink/ minuman soda, kopi, atau teh, saya pasti lebih m...

8 Juni 2011

If Life Is Like A Canvas

Disclaimer :

The NARUTO characters in this ficlet are belongs to Masashi Kishimoto. But, the plot is mine.

.
.

Aku, bisa dikatakan sebagai seorang anti sosial yang mencintai kesendirian. Tinggal berpindah-pindah dari satu kota ke kota yang lain karena pekerjaan orangtua mungkin adalah faktor yang membuatku seperti ini. Membuatku terpaksa harus meninggalkan kawan yang sudah kukenal, dan itu selalu terjadi walaupun aku tak menginginkannya. Masa adaptasi yang kulalui banyak kuhabiskan hanya untuk mengurung diri di kamar. Mengira aku menangis adalah suatu kesalahan besar, karena aku adalah orang yang paling sulit untuk menangis. Lalu apa yang aku lakukan saat itu? Aku mengambil sebuah buku dan sebatang pensil, lalu mengisi halaman kosong pada buku tersebut dengan goresan-goresan tak berarti. Bukan tulisan, namun tidak dapat disebut sebagai sebuah gambar. Aku hanya menggoreskannya sesuka hati, tak peduli pada bentuknya.

Beberapa tahun berlalu dan itu seperti sudah menjadi kebiasaanku. Aku membenci tempat yang ramai karena aku tidak suka berada dalam keramaian. Mengurung diri dalam keheningan kamar sudah menjadi hobiku. Namun apa yang kulakukan kini bukanlah membuat goresan-goresan tak berarti seperti dulu. Aku akan mengambil sebuah buku berukuran besar  berwarna hitam yang setengahnya sudah penuh dengan coretan sketsa kasar, dan mulai menggambar. Menggambar apa saja yang kusuka dan mulai memberinya warna.

.
.
.

If Life Is Like A Canvas © Nay Akanaru
Genre :
General/Friendship

.
.
.

Sebuah nostalgia. Itulah yang kurasakan setelah aku menutup kembali buku besar bersampul hitam itu. Sudah sangat lama sekali. Saat itu aku sedang membongkar loteng dan tanpa sengaja menemukan sebuah kotak kardus berukuran sedang yang cukup menarik perhatianku. Tidak ada yang bagus dari kardus itu. Justru kardus itulah yang terlihat paling jelek, kartonnya sudah agak lapuk, selain itu letaknya tersudut dan permukaannya sudah tebal oleh debu. Yah, maklumlah, sudah bertahun-tahun kardus itu sendirian di pojokan yang gelap. Seandainya ada yang melihatnyapun, siapa pula yang ingin mengambilnya mengingat debunya telah membuatku bersin beberapa kali saat aku mencoba untuk menyingkirkannya.

Setelah debunya sudah agak tipis, aku mencoba menarik lakban yang ternyata masih merekat erat di sana. Kuseret kardus itu ke sudut yang lebih terang kemudian sebuah aroma khas menyelimuti sekelilingku saat aku membukanya. Langsung saja aku menarik sebuah buku lebar dan tebal yang terhimpit di pinggir.

Kubuka kembali halaman awalnya, kemudian halaman akhirnya. Sudah terisi penuh, dan semuanya hanya berisi sketsa kasar dengan hitam putih dan coretan-coretan berbagai warna pada bagian tengah hingga akhir. Lalu kubuka lembaran itu secara cepat dan acak. Aku menemukan hal yang menarik lainnya. Tersenyum. Menutup kardus itu setelah kulihat ternyata sisa isinya hanyalah cat yang sudah kering dan kuas tua yang rapuh.

.
.
.

“Nona Kurama, apa anda akan menjual lukisan ini?”

“Tidak.”

“Bagaimana bila kutawar dengan harga yang tinggi?”

“Tetap tidak.”

Senyum kepuasan terulas di bibirnya, pameran yang digelarnya sukses. Para pengunjung sudah pulang sekitar satu jam yang lalu. Pintu gedung yang menjadi lokasi pameran ditutup demi keamanan. Hanya ada dia, seorang pria, dua orang penjaga keamanan, dan beberapa petugas kebersihan di ruangan luas itu.

“Yakumo Kurama, kau orang terbodoh yang pernah kutemui,” pria di sebelahnya menatap sebuah lukisan besar yang dipajang di salah satu sisi dinding. “Para kolektor itu menawar lukisan ini dengan harga tinggi dan kau menolaknya begitu saja? Apa kau sadar?”

“Ya, aku menolaknya. Dengan sangat sadar, Sai,” ia mengikuti arah pandangan pria di sampingnya.

“Ha, seandainya aku jadi kau, aku akan langsung memasang harga paling tinggi,” celetuknya.

“Itu kan kau,” sahut Yakumo Kurama singkat.

“Lalu… mengapa?” tanya pria yang dipanggil dengan nama Sai, penasaran.

“Apabila kau mengingat apa yang kukatakan dalam pidatoku pagi tadi, kau akan tahu alasannya,” ia memandang sang pemilik sepasang onyx dihadapannya.

.
.
.

“…apabila hidup diibaratkan sebagai sebuah kanvas, kanvas yang baru saja dibeli dari toko adalah permisalan untuk kita yang baru dilahirkan. Kita terlahir dengan keadaan tidak mengetahui apa-apa, tidak mengenal siapapun di dunia. Seperti sebuah kanvas putih kosong yang masih polos tanpa warna.”

“ Kemudian tahun-tahun berlalu, kita memasuki masa kanak-kanak. Sudah ada orang yang kita kenal bukan? Walaupun jumlahnya hanya beberapa, namun itu sangat berarti. Seperti sang kanvas, beberapa waktu berlalu sejak ia dibeli, kini permukaan yang polos itu sudah mulai terisi warna walau hanya sedikit, dan itu sangat berarti. Ini baru awal kehidupan”

“Lalu, dengan semakin bertambahnya umur, orang-orang yang kita kenal semakin banyak. Dengan semakin lamanya waktu yang berlalu, sudah banyak pula warna yang mengisi kanvas itu.”

“Yang namanya kehidupan itu tidak selalu menyenangkan, orang yang kita kenal tidak semuanya adalah orang yang baik. Sama dengan kanvas, warna-warna gelap yang suram itu pasti ada.”

“Akan tetapi, hal-hal yang menyenangkan itu selalu ada bukan? Orang-orang  baik itu selalu ada di sekeliling kita untuk mendukung kita. Ketika polesan warna cerah mulai mendominasi, warna gelap itu akan memudar, tertutupi.”

“Ketika orang-orang yang baik itu pergi, kita pasti akan mengenangnya. Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Setiap ada perpisahan, pasti akan ada pertemuan kembali kecuali apabila orang itu telah dipanggil oleh Yang Maha Esa. Hal ini akan sama seperti ketika kita membeli sebuah cat berwarna cerah, lalu kita poleskan cat itu di permukaan kanvas, ketika cat itu habis, kita tidak akan bisa menggunakannya lagi. Namun, kita masih bisa membelinya lagi di tempat yang sama, dan kembali menggunakan warna cerah itu. Kecuali apabila persedian cat dengan warna cerah tersebut habis. Tetapi, bekas polesan cat tersebut tidak akan hilang selamanya”

“Dan lukisan ini, adalah bentuk lain dari ungkapan terima kasih untuk warna-warna cerah yang telah mengisi kanvas kehidupanku…”
.
.
.

“Sepertinya aku mulai mengerti,” Sai memandangi lukisan itu sekali lagi.

“Haha, baguslah. Jadi aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar.” Yakumo terlihat tersenyum puas. Kemudian mereka memutuskan untuk menghabiskan sore itu dengan obrolan ringan di sebuah kafe.



~FIN~

.
.

Omake

“Tetapi… aku masih penasaran dengan buku yang nampak tak berharga di tanganmu itu.” Pandangan Sai kini teralih pada sebuah buku besar bersampul hitam yang sedari tadi terus dibawa-bawa Yakumo. “Sepertinya, kau sama sekali tidak ingin melepas buku jelek itu.”

“Jangan bicara sembarangan, bodoh!” secara bersamaan, buku hitam itu juga mendarat di atas kepalanya dengan bunyi, ‘plak’. Sementara Sai hanya nyengir tak berdosa dan empat buah siku-siku sudah muncul di dahi Yakumo. Kemudian Sai mengambil buku itu dan membuka beberapa halaman awal.

“Sepertinya sudah sangat lama dan kau masih menyimpannya,” pandangan pria itu masih tak beralih dari lembaran-lembaran kertas penuh sketsa.

“Ya, memang sudah lama sekali. Aku menemukannya di loteng dua minggu yang lalu,” Yakumo menambahkan setengah sendok teh gula di cangkirnya. Walaupun tidak suka makanan manis, tetapi ia masih membutuhkan sedikit rasa manis pada tehnya.

“Bukan, tapi foto ini,” Sai memperlihatkan selembar foto tepat di hadapan Yakumo.

“Dari mana kau mendapatkan itu?” ia menyipitkan matanya.

“Terselip dalam buku ini. Apakah mereka warna-warna cerah itu?”

“Ya,” sekali lagi, ia tersenyum tipis dan menyesap tehnya di sore yang damai.

.
.
.

Selesai di tulis pada,
8 Juni 2011

.
.

This ficlet is dedicated to "The Bright Colors". Apabila hidup ini diibaratkan sebagai sebuah kanvas, maka kata-kata yanng ingin kuungkapkan adalah, terima kasih.

Terima kasih untuk warna-warna yang cerah.

Terima kasih untuk memenuhi kanvasku.





5 - j o u r n e y -: Juni 2011 Disclaimer : The NARUTO characters in this ficlet are belongs to Masashi Kishimoto. But, the plot is mine. . . Aku, bisa d...
< >