"Prinsip mendasar dari Ilmu Kedokteran adalah cinta."
PARACELSUS (1493 - 1541)
The Art of Surgery
-
-
Dengan satu perkecualian, mereka semuanya berkulit putih. Dan dengan lima perkecualian, seluruhnya pria.
Beberapa di antara mereka cemerlang mendekati genius. Lainnya, genius mendekati gila. Salah satu dari mereka pernah tampil dalam resital cello di Carnegie Hall, yang lain pernah setahun menjadi pemain basket profesional. Enam orang pernah menulis novel, dua di antara mereka pernah menerbitkan karyanya. Seorang adalah calon pastor yang gagal, seorang lagi lulusan sekolah anak-anak nakal. Dan semuanya ketakutan setengah mati.
Yang membuat mereka berkumpul di pagi bulan September 1958 yang cerah itu adalah status mereka sebagai mahasiswa tahun pertama Harvard Medical School. Mereka berkumpul di ruang D untuk mendengar pidato sambutan Dekan Courtney Holmes.
Paras sang dekan boleh jadi dicetak langsung dari mata uang logam Romawi Dan penampilannya memberi kesan ia dilahirkan dengan jam tangan dan gelang emas, bukannya tali pusar.
Ia tak perlu meminta agar mereka tenang. Ia cuma tersenyum dan hadirin pun diam.
"Saudara-saudara," ia mulai, "secara kolektif kalian berangkat dalam suatu pelayaran akbar menuju garis perbatasan ilmu kedokteran--tempat kalian akan memulai eksplorasi kalian sendiri ke dalam wilayah penderitaan dan penyakit yang belum lagi terpetakan. Seseorang yang duduk dalam ruangan ini mungkin akan menemukan obat unntuk leukimia, diabetes, lupus eritematosus sistemik, dan hydra-headed carcinoma yang mematikan..."
Ia mengambil jeda dramatis yang terukur sempurna. Dan dengan kilatan dalam mata birunya yang pucat ia menambahkan, "Bahkan mungkin untuk flu biasa."
Terdengar suara tawa.
Kemudian sang dekan berambut perak itu menundukkan kepala, mungkin untuk menegaskan bahwa ia sedang merenung dalam-dalam. Para mahasiswa menunggu dengan tegang.
Ketika akhirnya mengangkat muka dan mulai berbicara kembali, suaranya lebih lembut, satu oktaf lebih rendah.
"Mari saya simpulkan dengan mengungkapkan suatu rahasia--yang menuntut kerendahan hati saya untuk mengatakannya dan bagi kalian untuk mendengarnya."
Ia berbalik dan menuliskan sesuatu pada papan tulis di belakangnya.
Dua angka sederhana--26.
Dengung kebingungan mengisi ruangan.
Holmes menunggu sampai suasana kembali hening. Ia menarik napas, kemudian menatap lurus ke pendengarnya yang sedang terkesima.
"Saudara-saudara, saya ingin kalian mengukirkan hal ini pada ingatan kalian : ada beribu-ribu penyakit di dunia ini, namun Ilmu Kedokteran hanya memiliki pengobatan empiris untuk dua puluh enam di antaranya. Sisanya adalah... menduga-duga."
Dan, selesailah sambutannya.
Dengan postur militer dan gaya anggun atletis, ia melangkah meninggalkan podium dan keluar ruangan.
Orang banyak itu terlalu terkesima untuk memberikan tepuk tangan.
-
-
[DOCTORS - Erich Segal]